Selasa, 17 Desember 2013

Keadaan Abnormal Pada Kala Nifas


Infeksi Kala Nifas
Setelah persalinan,terjadi beberapa perubahan penting diantarannya makin meningkatnya pembentukan urin untuk mengurangi hemodilusi darah, terjadi penyerapan beberapa bahan tertentu melalui pembuluh darah vena sehingga terjadi peningkatan suhu badan sekitar 0,5 derajt celcius yang bukan merupakan keadaan yang patologis atau menyimpang pada hari pertama.Perlukaan karena persalinan merupakan tempat masuknya kuman ke dalam tubuh, sehingga menimbulkan infeksi pada kala nifas.Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genetalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 38 derajat celcius tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua (2) hari.
  • Faktor Predisposisi Infeksi Kala Nifas, diantarannya:
  1. Persalinan berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar
  2. Tindakan operasi persalinan
  3. Tertinggalnya placenta selaput ketuban dan bekuan darah
  4. Ketuban pecah dini atau pada pembukaan masih kecil melebihi 6 jam
  5. Keadaan yang dapat menurunkan keadaan umum yaitu perdarahan antepartum dan postpartum, anemia pada saat kehamilan, malnutrisi, kelelahan, dan ibu hamil dengan penyakit infeksi.
Mekanisme Infeksi Kala NifasTerjadinya
  • Terjadinya infeksi kala nifas adalah sebagai berikut:
  1. Mnipulasi penolong: terlalu sering melakukan pemeriksaan dalam, alat yang dipakai kurang suci hama.
  2. Infeksi yang didapat di rumah sakit(nosokomial)
  3. Hubungan sexs menjelang persalinan
  4. Sudah terdapat infeksi intrapartum: persalinan lama terlantar, ketuban pecah lebih dari enem jam, terdapat pusat infeksi dalam tubuh (lokal infeksi)
  • Bentuk infeksi kala nifas bervariasi dari yang bersifat lokal sampai terjadi sepsis dan kematian puerperium.Bentuk infeksi dapat dijabarkan sebagai berikut:
1.Bentuk infeksi lokal
- Infeksi pada luka episiotomi
- Infeksi pada vagina
- Infeksi pada serviks yang luka
2.Bentuk infeksi general(menyebar)
- Parametritis
- Peritonitis
- Sepsikemi dan piemia
3.Penyebaran infeksi kala nifas dapat melalui:
- Berkelanjutan perkontinuitatum
- Melalui pembuluh darah
- Melalui pembuluh limfe
- Penyebaran melalui bekas implantasi plasenta
  • Gambaran Klinis Infeksi Kala Nifas Dapat Dalam Bentuk:
a. Infeksi lokal
- Pembengkakan luka episiotomi
- Terjadi pernanahan
- Perubahan warna lokal
- Pengeluaran lokhea bercampur darah
- Mobilisasi terbatas karena rasa nyeri
- Temperatur badan dapat meningkat
b. Infeksi Umum
- Tampak sakit dan lemah
- Temperature meningkat diatas 39 derajat celcius
- Tekanan darah dapat menurun dan nadi meningkat
- Pernapasa dapat meningkat dan terasa sesak
- Kesadaran gelisah sampai menurun dan koma
- Terjadi gangguan involusi uterus
- Lokhea: berbau dan bernanah serta kotor.
  • Dengan gambaran klinik tersebut bidan dapat menegakkan diagnosis infeksi kala nifas.Pada kasus dengan infeksi ringan, bidan dapat memberikan pengobatan, sedangkan infeksi kala nifas yang berat sebaiknya bidan berkonsultasi atau merujuk penderita.
  • Persalinan normal yang ditolong dengan baik tidak terlalu banyak terjadi infeksi kala nifas. Dalam upaya menurunkan infeksi kala nifas dapat dilakukan pencegahan sebagai berikut:
1. Pencegahan pada waktu hamil.
- Meningkatkan keadaan umum penderita
- Mengurangi faktor predisposisi infeksi kala nifas
2. Saat persalinan
- Perlukaan dikurangi sebanyak mungkin
- Perlukaan yang terjadi dirawat sebaik- baiknya
- Mencegah terjadi perdarahan postpartum
- Kurang melakukan pemeriksaan dalam
- Hindari persalinan yang berlangsung lama
3. Kala nifas
- Lakukan mobilisasi dini
- Perlukaan dirawat dengan baik
- Rawat gabung dengan isolasi untuk mengurangi infeksi nosokomial.
Pengobatan Infeksi Kala Nifas
Perlukaan jalan lahir sudah dapat dipastikan terjadi pada setiap persalinan yang akan menjadi jalan masuknya bakteri yang bersifat komensal dan menjadi infeksius. Pertolongan persalinan yang bersih tidak memerlukan pengobatan umum tetapi pada persalinan yang diduga akan dapat terjadi infeksi kala nifas memerlukan profilaksis antibiotika. Bidan masih diperkenenkan untuk memberikan antibiotika ringan seperti penisilin kapsul, preparat sulfat dan sebagainya. Disamping itu perawatan luka lokal perlu dilakukan sehingga mengurangi penyebaran infeksi kala nifas.
Pada kasus dengan infeksi kala nifas yang berat sebaiknya dirujuk dan dikonsultasikan sehingga mendapat pengobatan yang adekuat.
Sebagian infeksi kala nifas yang berat perlu dirawat di rs, sehingga dapat dilakukan observasi, karena dapat dilakukan tindakan operasi untuk menyelamatkan jiwa penderita.
Keadaan Normal Yang Dapat Menyertai Kala Nifas
Beberapa keadaan abnormal yang dapat menyertai kala nifas:
  1. Keadaan Abnormal Pada Rahim.
a. Subinvolusi uteri
  • Segera setelah persalinan berat rahim sekitar 1000 garm dan selanjutnya mengalami masa proteolitik, sehingga otot rahim menjadi kecil ke bentuknya semula. Pada beberapa keadaan terjadinya proses involusi rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilannya terlambat. Keadaan demikian disebut subinvolusi uteri.
  • Penyebab terjadinya involusi uteri adalah terjadi infeksi pada endometrium, terdapat sisa placenta dan selaputnya, terdapat bekuan darah, atau mioma uteri.
  • Sikap bidan yaitu: melakukan konsultasi kepuskesmas, dokter keluarga atau rumah sakit sehingga penderita mendapatkan pengobatan yang tepat. Dengan petunjuk dokter selanjutnya bidan dapat melakukan perawatan penderita setempat.
b. Perdarahan kala nifas sekunder.
  • Perdarahan kala nifas sekunder adalah perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama.
  • Kejadiannya tidak terlalu besar, apalagi dengan makin gencarnya penerimaan gerakan keluarga berencana (kb).
  • Penyebab utama perdarahan kala nifas sekunder adalah terdapatnya sisa placenta atau selaput ketuban(pada grandemultipara dan kelainan bentuk implantasi plasenta), infeksi pada endometrium, dan sebagian kecil terjadi dalam bentuk mioma uteri bersamaan dengan kehamilan dan inversio uteri.
  • Gejala klinis perdarahan kala nifas sekunder dapat terjadi perdarahan berkepanjangan melampaui pengeluaran lokhea nurmal, terjadi perdarahan yang cukup banyak, dan dapat disertai rasa sakit didaerah uterus.
  • Sikap bidan : sebaiknya bidan berkonsultasi pada dokter sehingga pelayanan medis terhadap masyarakat lebih baik dan bermutu.
c. Flegmasia alba dolens.
  • Flegmasia alba dolens merupakan salah satu bentuk infeksi puerperalis yang mengenai pembuluh darah vena femoralis.
  • Vena femoralis yang terinfeksi dan disertai pembentukan trombosis dapat menimbulkan gejala klinik sebagai berikut:
1. Terjadi pembengkakan pada tungkai
2. Berwarna putih
3. Terasa sangat nyeri
4. Tampak bendungan pembuluh darah
5. Temperatur badan dapat meningkat
2. Keadaan Abnormal Pada Payudara.
Beberapa keadaan abnormal yang mungkin terjadi:
1. Bendungan ASI
- Karena sumbatan pada saluran ASI.
- Tidak dikosongkan seluruhnya.
- Keluhan: mammae bengkak, keras dan terasa panas sampai suhu badan meningkat.
- Penanganan: mengosongkan ASI dengan masase atau pompa, memberikan estradiol
2. Mastitis dan abses mamae.
  • Terjadi bendungan ASI merupakan permulaan dari kemungkinan infeksi mamae.
  • Bakteri yang menyebabkan infeksi mamae adalah stafilokokus aureus yang masuk melalui luka puting susu.Infeksi menimbulkan demam, nyeri lokal pada mamae, terjadi pemadatan mamae, dan terjadi perubahan warna kulit mamae.
  • Penderita dengan mastitis perlu mendapatkan pengobatan yang baik dengan antibiotika dan obat simptomatis.
  • Sikap bidan : dapat meningkatkan usaha preventif dan promotif payudara dengan jalan mengajarkan pemeliharaan payudara, cara memberikan ASI yang benar, memberikan ASI jangan pilih kasih.Kanan dan kiri harus sama perlakuannya dan diberikan sampai payudara kempes.bidan sebaiknya melakukan konsultasi dengan dokter bila menghadapi bendungan ASI dan mastitis atau abses mamae.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar